DIREKTORAT GURU PENDIDIKAN MENENGAH DAN PENDIDIKAN KHUSUS DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

SUARA GURU DI MASA PANDEMI COVID-19

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Wahana Visi Indonesia melakukan survei “Suara Guru” di masa Pandemi Covid-19. Penelitian atau survei ini dilakukan untuk mengentahui persepsi guru tentang situasi sekolah akibat pandemi, kekhawatiran dan permasalahan guru serta kebutuhan dan ide guru.

Fokus penelitian ini dilakukan pada Sekolah Luar Biasa (SLB) beserta guru di wilayah tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Pengambilan data dilakukan pada 18 Agustus-5 September 2020 melalui survei daring yang melibatkan 27.046 guru dan tenaga kependidikan di seluruh provinsi di Indonesia.

Selain itu, Ditjen GTK dan Wahana Visi Indonesia juga melakukan sesi wawancara kepada Kepala Dinas Pendidikan provinsi dan kabupaten/kota serta diskusi kelompok yang melibatkan asosiasi guru, perwakilan guru dan kepala sekolah daerah 3T serta SLB.

Survei yang dilakukan adalah tentang tanggapan guru tentang rencana dibuka kembali sekolah. Hasil yang didapat, hanya 24 persen guru yang menyatakan persetujuannya, sementara 74 persen menyatakan tidak aman, kurang aman dan tidak bisa diprediksi.

Kemudian, tim juga melakukan survei tingkat kekhawatiran guru jika sekolah di buka kembali. 60 persen guru merasa khawatir jika sekolah di buka kembali dan yang mendominasi adalah guru SLB. Pasalnya anak SLB lebih rentan tertular Covid-19.

Kemudian yang merasa tidak khawatir dan merasa aman di dominasi daerah 3T sebanyak 24 persen, dan 16 persen lainnya merasa ragu-ragu. Yang memicu kekhawatiran para guru tidak lain adalah takut siswa tertular Covid-19 dan dirinya sendiri pun kemungkinan besar akan tertular. Sementara untuk daerah 3T merasa pembelajaran tidak dapat dilakukan dengan efektif jika tetap memaksa sekolah dibuka.

Dengan kondisi ini, 95 persen guru mendukung proses pembelajaran jarak jauh (PJJ), dimana guru daerah 3T lebih memilih PJJ dengan sistem luring sementara guru SLB lebih memilih daring dan ada juga yang mengusulkan untuk dilakukan PJJ kombinasi, yaitu tatap muka dan daring.