Kepemimpinan guru sangat relevan untuk merespon krisis yang terjadi saat ini. Di tengah perjuangan melawan pandemi Covid-19, perannya bertambah penting untuk berkontribusi dalam menyediakan pembelajaran jarak jauh, memperhatikan dan mendukung kelompok rentan, pembukaan kembali sekolah dan memastikan evaluasi hasil pembelajaran sesuai dengan kurikulum.
Tantangan lain di tengah proses pembelajaran yang berlangsung secara (daring) untuk profesi guru dan tenaga kependidikan yaitu perkembangan teknologi.
“Meski kita tahu bahwa nilai utama dari proses pembelajaran adalah interaksi sosial, namun dari sisi positif, teknologi dapat dimanfaatkan untuk membantu tugas-tugas pengajaran yang efektif,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim saat membuka Peringatan Hari Guru Sedunia (World Teachers Day), yang berlangsung secara virtual di Jakarta, Kamis (8/10).
Mendikbud menuturkan, kepemimpinan guru mencakup tata kelola serta efektivitas dan efisiensi pendidikan dalam kerangka sistem yang hierarkis sebagai rangkaian segitiga mikro/tingkat kelas, meso/tingkat sekolah, dan makro/tingkat masyarakat. Terlebih di masa pandemi, guru merupakan inovator yang memecahkan berbagai kendala pembelajaran.
“Masa pandemi ini merupakan laboratorium bagi seluruh insan pendidikan yang menantang kita untuk menemukan solusi-solusi serta inovasi-inovasi dalam situasi yang tidak nyaman,” lanjut Nadiem.
Guna mengatasi tantangan yang kita hadapi, perlu ada strategi untuk menyeimbangkan kebijakan terkait rekrutmen, pendidikan guru dan pengembangan profesional berkelanjutan, serta insentif, dukungan dan motivasi bagi guru.
“Agar ada peningkatan profesionalisme dan pribadi guru dan tenaga kependidikan yang efektif untuk dikembangkan sebagai pemimpin,” imbuhnya.
“Dalam usaha untuk melanjutkan pelayanan Pendidikan di tengah pandemi, kita perlu memastikan untuk tidak melewatkan kesempatan mengembangkan kader baru guru bertalenta dengan kepemimpinan yang efektif di masa yang penuh tantangan ini,” pesan Mendikbud.
Menjawab hal itu, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Arief Rachman menjabarkan, ada lima bidang pekerjaan UNESCO mengenai pengembangan guru. Pertama adalah pemantauan instrumen normatif internasional tentang profesi guru. Kedua mendukung Negara Anggota dalam pengembangan dan peninjauan kebijakan dan strategi guru.
“Ketiga, mengembangkan kapasitas untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran. Keempat meningkatkan pengetahuan dan berbasis hasil kajian untuk implementasi dan pemantauan target guru di Pendidikan 2030. Dan terakhir melakukan advokasi dan berbagi pengetahuan untuk mempromosikan pengajaran dan pembelajaran yang berkualitas.
Perlu diketahui, sebelumnya UNESCO sebagai tuan rumah Gugus Tugas Guru Internasional untuk Pendidikan 2030 telah aktif bekerja sama untuk mengatasi kesenjangan guru yang berkualitas dunia.
“UNESCO secara khusus menyerukan Anggota Serikat untuk memastikan bahwa guru dan pendidik diberdayakan, direkrut secara memadai, terlatih dengan baik, berkualifikasi profesional, termotivasi dan didukung dalam sistem yang memiliki sumber daya yang baik, efisien dan diatur secara efektif”, urai Arief.
UNESCO menyebutkan, pelatihan, rekrutmen, retensi, status, dan kondisi kerja guru belum cukup ideal saat ini. Selain itu, di seluruh dunia masih terdapat kekurangan guru yang terlatih dengan baik. Data Institut Statistik UNESCO (UIS) menunjukkan bahwa sekitar 69 juta guru yang harus direkrut untuk memenuhi kebutuhan guru pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di tahun 2030.
Oleh karena itu, pada kesempatan Peringatan Hari Guru Sedunia Tahun 2020 ini Mendikbud berharap, diskusi seputar generasi muda dan masa depan profesi guru dan tenaga kependidikan serta kepemimpinan guru dalam masa krisis dapat berjalan dengan baik.
Selain gelar wicara yang menghadirkan narasumber berkompeten di tingkat PAUD/TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB; Kemendikbud juga akan memberikan penghargaan kepada guru terpilih dan hadiah menarik bagi pemenang kuis.
“Saya berharap, kegiatan ini menjadi kesempatan untuk berbagi pengalaman dan praktik baik untuk menghasilkan output yang bermanfaat demi menata masa depan pendidikan Indonesia yang lebih baik,” tutupnya.
Sementara itu, untuk mempertegas pernyataan Mas Menteri, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Iwan Syahril mengatakan krisis ini telah membawa hikmah, yaitu terciptanya berbagai inovasi dalam pembelajaran, termasuk percepatan penggunaan teknologi.
“Saat ini percepatan teknologi dalam bidang pendidikan sangat dirasakan betul, padahal yang dalam situasi normal mungkin baru akan dapat dicapai dalam 4-5 tahun kedepan,” kata Iwan.
Banyak guru-guru di dunia, terutama guru di Indonesia yang telah semakin kreatif melaksanakan pembelajaran daring dengan sentuhan teknologi. Ditengah keterbatasan sarana dan teknologi yang ada, guru-guru Indonesia sebagian dari daerah 3T dan daerah perkotaan maupun pedesaan lainnya berkreasi mencari jalan keluar pemecahan masalah agar siswanya tetap dapat menerima pembelajaran.
“Pengalaman berharga para guru kreatif ini sangat penting untuk kita dokumentasikan, salah satunya melalui penyusunan RPP. RPP yang telah mereka kembangkan dan terukur efektivitasnya perlu disebarluaskan, termasuk didalamnya perangkat pendukung yang diperlukan,” tegas Iwan.
“Serta ide-ide praktek baik dan inovatif yang akan lebih bermanfaat dan berdaya guna jika dibagikan kepada guru-guru lain yang membutuhkan. Disinilah guru berbagi hadir. Pengalaman praktek baik ini juga telah dituangkan oleh guru dalam bentuk artikel refleksi pembelajaran yang harapannya dapat menginspirasi guru-guru lain untuk melakukan hal yang sama,” tambahnya.
Iwan mengatakan, guru berbagi sifatnya dua arah, guru bisa berbagi ide dan guru juga bisa mendapatkan ide. Untuk itu, dia mengajak semua guru, komunitas pendidikan dan penggerak pendidikan untuk mencoba ide-ide baru, ide-ide yang mungkin selama ini belum terpikirkan.
“Kepada mereka yang telah berkontribusi dan semangat untuk berbagi layak untuk diberi apresiasi. Harapannya agar bisa memantik motivasi guru-guru lainnya untuk bergotong royong berbagi praktek baik dalam pembelajaran baik dengan moda daring, moda luring maupun moda hibrid,” tutur Iwan.
Kemendikbud, dalam hal ini Direktorat Jenderal GTK telah memilih masing-masing tiga guru dari jenjang TK/PAUD, SD, SMP, SMA/SMK dan SLB baik sekolah maupun madrasah mewakili mereka yang telah berkontribusi. Diantara mereka ada yang mengajar di perkotaan, pedesaan bahkan di garis depan (3T), tinggal di perbatasan yang jauh dari perkotaan maupun pedesaan, yang penuh keterbatasan tapi memiliki semangat yang tak terbatas.
“Tidak penting tentang berapa banyak kontribusi yang diberikan, yang terpenting guru terus menguatkan kemauan dan terus semangat untuk belajar, berbagi, berkolaborasi dan terus belajar dari pengalaman guru yang lainnya,” tuturnya.
Tema Hari Guru Sedunia Relevan Dengan Kondisi Saat Ini
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama, Muhammad Ali Ramdhani mengatakan, tema hari guru sedunia yang berbunyi “Guru : Memimpin Dalam Krisis, Menata Masa Depan Indonesia” sangat relevan dengan kondisi saat ini. Ketika pendidikan memasuki sebuah era distrubsi, Indonesia tengah menjalani berbagai dinamika kehidupan yang sangat menantang. Tantangan ini telah merubah cara hidup masyarakat dalam bekerja, berinteraksi, termasuk didalamnya perubahan cara berpikir dan bertindak dalam menjalankan pendidikan.
“Dinamika kontemporer menyajikan kebutuhan eksistensi guru sebagai pemimpin yang kritis dalam menata masa depan. Dinamika ini mengantar kita untuk kembali mengukuhkan kesadaran bahwa adaptasi terhadap lingkungan strategis merupakan hal yang substansial. Dan menghadirkan teknologi dalam dunia pendidikan, merupakan bagian yang fundamental,” tutur Ali.
Dalam konteks ini posisi guru memegang peranan yang sangat penting dan utama. “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” menurut Ali, menggambarkan keperluan guru untuk tampil menjadi sosok yang dinamis dan kritis sebagai sebuah keniscayaan dalam menata kehidupan suatu bangsa.
Sosok guru harus mampu berperan sebagai pemimpin yang bertugas sebagai teladan, inspirator, motivator, fasilitator dan katalisator. Di masa krisis akibat pandemi sekarang ini, kehadiran guru sangat diperlukan untuk menginspirasi terbentuknya sosok manusia yang tangguh, yaitu manusia yang mampu menyikapi kondisi keterbatasan dengan tetap menjaga konsistensi diri untuk selalu berkualitas dalam menyiapkan masa depan bangsa.
Guru yang kritis harus mampu menjadikan dirinya sebagai problem solving di tengah kehidupan bermasyarakat maupun dalam dunia pendidikan.
“Seorang guru adalah pribadi yang menginspirasi bahwa selalu ada bebatuan di jalan yang menghadang, dan bagaimana memanfaatkan batu tersebut. Hari ini kita bersama telah menyikapi bahwa pandemi Covid-19 bukan sekedar hambatan dalam pendidikan, tetapi juga tantangan untuk mengakselerasi kemampuan kita untuk menjalankan pendidikan berbasis teknologi,” tutur Ali.
“Hari ini kita juga berbahagia akan belajar berbagai praktik baik dari guru-guru yang luar biasa yang telah mendedikasikan dirinya sebagai guru-guru inspiratif dalam menjalankan profesinya,” tambahnya.
Ali pun mengucapkan selamat kepada guru-guru yang mendapatkan penghargaan dari Kemendikbud. Dia berharap penghargaan tersebut dapat menjadi “pemantik” bagi guru-guru yang lainnya untuk senantiasa meningkatkan kapasitas kualitas pengabdian guru di dunia pendidikan.
“Guru pun akan selalu hadir di lingkungan masyarakat, guru akan selalu mampu membawa inspirasi di tengah kesulitan. Guru sejatinya laksana embun yang mampu membawa kesejukan dalam kehausan, dan menjadi pelita di dalam kegelapan. Kita bersama mengenang guru sebagai insan yang mengajarkan kita untuk mengingat. Untuk itu mari mengingat jasa guru yang sangat luar biasa. Semoga guru Indonesia akan mampu menjadi pemimpin yang kritis untuk menata masa depan,” tuturnya.