Siapa yang biasanya membantu teman-teman saat sedang menghadapi masalah atau situasi yang sulit, apakah antar teman, guru, orang tua, atau orang lain?
Latar Belakang
Lingkungan Psikososial Anak
Lingkungan di sekitar anak yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat memberikan pengaruh dan pengalaman yang besar pada perkembangan anak baik fisik, intelektual serta perkembangan psikologis dan sosialnya. Tentunya, ketika anak menghadapi masalah atau situasi yang mereka anggap sulit, lingkungan sekitar yang ada sangat diharapkan dapat membantu mengatasinya. Salah satu langkahnya dapat membentuk tim Dukungan Psikologi Awal (DPA) di sekolah.
Proses Pemulihan dalam Menghadapi Masalah Psikososial
“Psiko” adalah pikiran atau kepercayaan dari dalam individu, dan “Sosial” adalah hubungan antara individu dengan lingkungannya. Terdapat beberapa faktor yang mendukung proses pemulihan dalam menghadapi masalah psikososial bagi anak yaitu pemulihan alami (ketangguhan dan dukungan sosial). Di satu sisi, jika anak mengalami hambatan dalam pemulihan, maka anak cenderung menunjukkan perilaku berisiko/agresif.
Aksi
Langkah 1: Diskusi Terpimpin (FGD) tentang Masalah Anak dan Remaja
Berdiskusi bersama pihak terkait tentang perilaku berisiko seperti penyalahgunaan narkoba, perundungan, kekerasan fisik juga seksual, pornografi dan pornoaksi yang melibatkan anak remaja baik sebagai pelaku atau korban. Perilaku beresiko sering terlihat jelas dari sikap kurang disiplin, sering terlambat, motivasi belajar rendah, melanggar aturan, kurang percaya diri, menyendiri dari pergaulan. Sehingga sekolah perlu membentuk tim satgas DPA.
Langkah 2: FGD Indentifikasi Sumber/ Lembaga yang Mendukung DPA
Sekolah mengundang untuk berdiskusi sebagai langkah awal bersama beberapa lembaga yang dapat membantu untuk mendukung kegiatan DPA antara lain dari pihak kepolisian yang menangani masalah anak, tim psikologis anak, dan lembaga pemerintahan yang menangani masalah anak dan perempuan. Lembaga tersebut dapat memberikan pemahaman mengapa anak dapat memiliki masalah dan adakah payung hukum yang dapat digunakan untuk menangani masalah tersebut.
Langkah 3: Penguatan Keterampilan DPA
Membentuk tim DPA bersama dengan guru BK, wali kelas, dan guru mapel yang menjadi tim fasilitator pelaksana kegiatan pembentukan DPA mengadakan sosialisasi tentang keterampilan yang harus dimiliki oleh tim satgas DPA. Sasaran kegiatan adalah murid dari masing-masing kelas yang terpilih untuk menjadi satgas DPA agar memiliki keterampilan dan kemampuan memahami situasi kelasnya.
Langkah 4: Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS)
Melalui pengenalan lingkungan sekolah bagi peserta didik diberikan materi mengenai pentingnya mengenal teman dan mengenal lingkungan sekitar sekolah sebagai sarana pendukung dalam belajar untuk mencapai semua impian. Lingkungan yang baik, aman, ramah serta harmoni sehingga anak dapat merasakan kenyamanan agar selalu bersikap tangguh dan positif. Perbedaan yang ada membuat mereka menyadari bahwa indahnya dunia karena warna warni yang tercipta.
Langkah 5: Sosialisasi DPA
DPA dapat dikenalkan kepada satgas DPA melalui kegiatan bimtek bersama narasumber yang mumpuni. Selain itu dapat mengenalkan fungsi DPA dengan melakukan sosiodrama tentang perundungan. Pembuatan pamflet tentang bahaya narkoba, perundungan, infografis apa itu DPA, bagaimana melaksanakan DPA. Tim DPA ini diharapkan dapat membantu temannya menyelesaikan masalah yang terjadi di kelas seperti perundungan sebelum disampaikan ke wali kelas/guru.
Refleksi Hasil dan Dampak
Hal yang Boleh Dilakukan dalam Memberikan Dukungan Psikologis Awal?
Setelah kegiatan ini saya sebagai guru merefleksi bahwa saya harus dapat memberikan empati kepada peserta didik baik sebagai pelaku maupun korban. Memberikan empati adalah kesediaan dan upaya seseorang untuk memahami pemikiran, perasaan, dan usaha orang lain dalam menghadapi masalah atau situasi sulit.
Aku Nyaman Berada di Sekolah
Suasana yang aman bagi anak dan ramah lingkungan sangat memberikan dampak luar biasa bagi anak. Mereka dapat melakukan hal-hal yang positif dan mampu mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah. Perbedaan yang ada menjadi warna warni yang indah dalam bersosial.
Terbuka dalam Komunikasi
Perubahan yang terjadi adalah keterbukaan dari anak dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya, sehingga tidak merasa sendiri dan kesepian. Mereka berani untuk mengkomunikasikan kepada guru saat mereka mendapat tindakan yang tidak menyenangkan. Keterbukaan yang tidak menjadikan mereka sebagai pengadu saat melihat temannya di dalam kesulitan.
Tips dari Saya
Memberikan Rasa Empati
Melihat anak yang diam dan murung sebaiknya kita dapat memberikan perhatian dengan memberikan rasa nyaman serta komunikasi sehingga mereka mau untuk bercerita. Guru dapat mendekati dan tanpa unsur mendominasi sehingga peserta didik tidak merasa tertekan dalam bercerita.
Menjadi Pendengar bagi Anak
Menjadi pendengar yang baik merupakan kunci utama membangun komunikasi dengan anak di segala rentang usia. Kebanyakan kesalahan orang tua adalah hanya mau didengar tanpa mau mendengarkan pendapat anak. Hal ini menjadi penyebab anak sulit berkomunikasi. Berikan waktu dan perhatian untuk mendengarkan mereka.
Membangun Komunikasi dengan Anak
Berkomunikasi dengan tepat adalah dengan menggunakan hati nurani saat berkomunikasi. Ada beberapa alasan mengapa hati perlu dihidupkan dalam berkomunikasi dengan anak, yaitu setiap anak tidak hanya memiliki akal rasionalitas tetapi juga hati yang berfungsi untuk merasakan dan menimbang sesuatu, sehingga setiap kata atau sikap tidak hanya ditangkap oleh akal namun juga akan diolah oleh rasa.
Profil
Profil Kelas/Sekolah
SMA Negeri 10 Bandarlampung di Jalan Gatot Subroto no. 81 Kedamaian. Sekolah yang terletak di jalan utama dan merupakan salah satu sekolah yang menjadi pilihan karena memiliki segudang prestasi baik akademik maupun non akademik.