Seri Webinar Adaptasi Pembelajaran Pandemi Covid-19 yang dilaksanakan oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sudah memasuki pekan ketiga. Salah satu tema yang dibahas pada webinar pekan ketiga ini yaitu “Literasi Membaca dan Menulis Sastra, Pendidikan Anak Tuli” pada Rabu (15/7/2020).
Pada webinar ini menghadirkan dua narasumber yaitu widyaiswara dari P4TK TK PLB Bandung, Agus Supriyatna dan guru tunarungu, Galuh. Dan diskusi ini dimoderatori oleh guru dari SLB Negeri Binjai, Lisza Megasari.
Pada kesempatan ini, Agus Supriyatna menyampaikan materi tentang “Meningkatkan Literasi, Membaca dan Menulis untuk Peserta Didik Berkebutuhan Khusus”.
Dalam diskusi ini, Agus menekankan pentingnya meningkatkan literasi terhadap peserta didik. Sebab, kemampuan literasi memiliki kaitan erat dengan keberhasilan siswa dalam belajar dan kehidupannya.
“Literasi memberikan manfaat kepada peserta didik yakni akan memperluas pengetahuan, pengalaman, dan mempertinggi daya pikir serta mempertajam penalaran. Dengan keterampilan berliterasi ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa dan kehidupan,” jelasnya.
Agus menjelaskan di era 4.0 guru dituntut memiliki pengetahuan teknologi, pengetahuan isi dan pengetahuan pedagogi. Dalam pengetahuan teknologi dia menjelaskan guru harus sudah mulai melek teknologi. “Kondisi pandemi ini guru terpaksa terpanggil untuk melakukan pengetahuan teknologi ini. Sehingga keterpaksaan ini banyak sekali guru melek terhadap teknologi,” jelasnya menambahkan.
Kemudian pengetahuan isi. Guru dituntut mampu memberikan konten yang sesuai dengan kondisi era 4.0, yakni tidak lagi berbasis pada guru tapi berbasis pada media. Sehingga siswa bisa belajar dimana saja dan kapan saja. “Pengetahuan pedagogi ini guru dituntut untuk meningkatkan knowledge-nya,” imbuhnya.
Agus mengatakan kemampuan literasi anak-anak Indonesia harus terus ditingkatkan. Sebab berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia. Hasil studi menunjukkan anak-anak Indonesia berada pada urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia.
Melihat hasi survei tersebut maka kita tidak perlu berdiam diri. Harus ada gerakan-gerakan literasi yang sistematis untuk meningkatkan literasi anak Indonesia.
“Dibutuhkan perubahan kebijakan guna mendorong guru mampu mengubah proses pembelajaran serta memperkuat dukungan sekolah dan masyarakat agar bisa dua tujuan literasi di Indonesia, yakni peningkatan level literasi yang lebih kompetitif dan pengembangan seluruh potensi anak melalui penumbuhan karakter di sekolah,” jelasnya.
Pada kesempatan ini dia mengajak kepada seluruh guru di Indonesia untuk menjadi teladan dalam membaca. Ini sangat penting dilakukan, sebab para peserta didik kita akan mencontoh dari gurunya. Kalau gurunya gemar membaca maka anak akan termotivasi untuk gemar membaca juga. “Guru perlu mengoptimalkan strategi literasi dalam pembelajaran,” ujarnya.